AZKUNA
(Cahaya Masa Depan)
RENCANA LOKASI MASJID NURUZ ZAMAN
Sabtu, 26 Oktober 2013
Minggu, 13 Oktober 2013
Rabu, 25 September 2013
CERAMAH & DISKUSI TENTANG ISLAM DAN KEMASYARAKATAN
Ceramah dan Diskusi tentang Islam dan
Kemasyarakatan dilaksanakan di Masjid Nuruz Zaman Jl. K.H. Abdul Majid
(masuk lewat Jl. Jakarta Blok FB) RT 79 Kelurahan Loa Bakung, Kec.
Sungai Kunjang, Samarinda, pada hari Ahad 17 Dzulqaidah 1434 Hijriyah = 22 September 2013 Miladiyah mulai pukul 09.00 WITA, bersama Ustadz Drs. H. Suyatman, M.Pd., M.Si.
Ibadah Qurban menjadi topik bahasan dalam acara kali ini, H. Suyatman menyebutkan bahwa ibadah Qurban sangat dianjurkan di dalam ajaran Agama Islam, bahkan bagi mereka yang mampu tetapi tidak mau berqurban sangat dibenci oleh Rasulullah SAW. Bagi mereka yang berqurban dianjurkan untuk memakan daging qurban dan selebihnya di berikan kepada mereka yang memerlukan, yang melihat, yang meminta maupun yang tidak meminta. Bukan darah dan daging qurban yang sampai kepada Allah SWT, melainkan taqwa dari mereka yang berqurban.
Pada kesempatan ini disampaikan pula bahwa Panitia Qurban di Masjid Nuruz Zaman yang sudah dibentuk dan siap melaksanakan pelayanan ibadah qurban. Bagi yang telah berniat untuk melaksanakan ibadah Qurban pada bulan Dzulhijjah nanti, dipersilahkan untuk mengantarkan Binatang Qurban kepada Panitia sehari menjelang Idul Adha, sedangkan bagi yang mau bergabung dalam kelompok dipersilahkan untuk segera mendaftarkan diri. Panitia telah mencatat setidaknya sudah 4 (empat) ekor sapi yang akan dilaksanakan pemotongannya di lingkungan Masjid Nuruz Zaman Loa Bakung.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa Acara Ceramah dan Diskusi tentang Islam dan Kemasyarakatan dilaksanakan secara berkala setiap bulan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Loa Bakung bekerja sama dengan Panitia Pembangunan Masjid Nuruz Zaman dan SD Muhammadiyah 5 Loa Bakung. Jadwal waktunya adalah pada hari Ahad ke-empat setiap bulan Miladiyah. Pesertanya adalah masyarakat muslim yang berminat termasuk orangtua/wali murid SD Mu5 dan warga sekitar Kompleks Muhammadiyah Loa Bakung
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.624129227632030.1073741833.369418853103070&type=1
Ibadah Qurban menjadi topik bahasan dalam acara kali ini, H. Suyatman menyebutkan bahwa ibadah Qurban sangat dianjurkan di dalam ajaran Agama Islam, bahkan bagi mereka yang mampu tetapi tidak mau berqurban sangat dibenci oleh Rasulullah SAW. Bagi mereka yang berqurban dianjurkan untuk memakan daging qurban dan selebihnya di berikan kepada mereka yang memerlukan, yang melihat, yang meminta maupun yang tidak meminta. Bukan darah dan daging qurban yang sampai kepada Allah SWT, melainkan taqwa dari mereka yang berqurban.
Pada kesempatan ini disampaikan pula bahwa Panitia Qurban di Masjid Nuruz Zaman yang sudah dibentuk dan siap melaksanakan pelayanan ibadah qurban. Bagi yang telah berniat untuk melaksanakan ibadah Qurban pada bulan Dzulhijjah nanti, dipersilahkan untuk mengantarkan Binatang Qurban kepada Panitia sehari menjelang Idul Adha, sedangkan bagi yang mau bergabung dalam kelompok dipersilahkan untuk segera mendaftarkan diri. Panitia telah mencatat setidaknya sudah 4 (empat) ekor sapi yang akan dilaksanakan pemotongannya di lingkungan Masjid Nuruz Zaman Loa Bakung.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa Acara Ceramah dan Diskusi tentang Islam dan Kemasyarakatan dilaksanakan secara berkala setiap bulan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Loa Bakung bekerja sama dengan Panitia Pembangunan Masjid Nuruz Zaman dan SD Muhammadiyah 5 Loa Bakung. Jadwal waktunya adalah pada hari Ahad ke-empat setiap bulan Miladiyah. Pesertanya adalah masyarakat muslim yang berminat termasuk orangtua/wali murid SD Mu5 dan warga sekitar Kompleks Muhammadiyah Loa Bakung
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.624129227632030.1073741833.369418853103070&type=1
CERAMAH & DISKUSI TENTANG ISLAM DAN KEMASYARAKATAN
Ceramah dan Diskusi tentang Islam dan Kemasyarakatan dilaksanakan di Masjid Nuruz Zaman Jl. K.H. Abdul Majid (masuk lewat Jl. Jakarta Blok FB) RT 79 Kelurahan Loa Bakung, Kec. Sungai Kunjang, Samarinda, pada hari Ahad 17 Dzulqaidah 1434 Hijriyah = 22 September 2013 Miladiyah mulai pukul 09.00 WITA, bersama Ustadz Drs. H. Suyatman, M.Pd., M.Si.
Ibadah Qurban menjadi topik bahasan dalam acara kali ini, H. Suyatman menyebutkan bahwa ibadah Qurban sangat dianjurkan di dalam ajaran Agama Islam, bahkan bagi mereka yang mampu tetapi tidak mau berqurban sangat dibenci oleh Rasulullah SAW. Bagi mereka yang berqurban dianjurkan untuk memakan daging qurban dan selebihnya di berikan kepada mereka yang memerlukan, yang melihat, yang meminta maupun yang tidak meminta. Bukan darah dan daging qurban yang sampai kepada Allah SWT, melainkan taqwa dari mereka yang berqurban.
Pada kesempatan ini disampaikan pula bahwa Panitia Qurban di Masjid Nuruz Zaman yang sudah dibentuk dan siap melaksanakan pelayanan ibadah qurban. Bagi yang telah berniat untuk melaksanakan ibadah Qurban pada bulan Dzulhijjah nanti, dipersilahkan untuk mengantarkan Binatang Qurban kepada Panitia sehari menjelang Idul Adha, sedangkan bagi yang mau bergabung dalam kelompok dipersilahkan untuk segera mendaftarkan diri. Panitia telah mencatat setidaknya sudah 4 (empat) ekor sapi yang akan dilaksanakan pemotongannya di lingkungan Masjid Nuruz Zaman Loa Bakung.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa Acara Ceramah dan Diskusi tentang Islam dan Kemasyarakatan dilaksanakan secara berkala setiap bulan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Loa Bakung bekerja sama dengan Panitia Pembangunan Masjid Nuruz Zaman dan SD Muhammadiyah 5 Loa Bakung. Jadwal waktunya adalah pada hari Ahad ke-empat setiap bulan Miladiyah. Pesertanya adalah masyarakat muslim yang berminat termasuk orangtua/wali murid SD Mu5 dan warga sekitar Kompleks Muhammadiyah Loa Bakung
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.624129227632030.1073741833.369418853103070&type=1
Rabu, 25 Juli 2012
MENGENDALIKAN SUARA, MENDEKATKAN HATI ANTAR MANUSIA
Seseorang yang sedang marah sering menunjukkan
perilaku umum yaitu bersuara keras,
bahkan memaki-maki diri sendiri, membentak-bentak objek kemarahan, atau
berteriak-teriak sambil merusak barang-barang di sekitarnya. Bahkan, kalaupun
pada saat marah dia diam seribu bahasa,
hati sebenarnya juga berteriak-teriak meskipun tak terdengar oleh orang lain.
Teriakan suara hati ini juga bisa dikategorikan sebagai bersuara
keras.
Ada pertanyaan,
mengapa saat seseorang marah ia
bersuara keras, padahal orang-orang yang menjadi sasaran kemarahan berada tak
jauh? Bukankah sebenarnya cukup bersuara dengan volume sedang atau pelan pada
saat “menyampaikan” kemarahan, karena toh orang-orang yang dimarahi tidaklah tuli?
Kata
orang bijak “Ketika dua orang sedang
berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat
jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai
jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka
menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun
menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih
keras lagi. Sebaliknya, ketika dua orang saling jatuh cinta maka
mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang
keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apa pun,
keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak sehingga sepatah
katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat
mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”
Artinya, kemarahan bisa membentangkan jarak menjadi
jauh antara hati seseorang dengan hati orang-orang yang dimarahi. Hal ini
ditandai dengan suara keras yang diperdengarkan. Logikanya cukup sederhana,
suara yang keras diperlukan untuk menyampaikan pesan kepada orang yang berada
relatif jauh. Kalau ia berada dekat tentu cukup dengan bersuara pelan saja.
Nah, dalam kondisi marah, suara keras membuat hati seseorang terasa jauh dari
hati orang yang dimarahi meskipun secara fisik keduanya berdekatan.
Semakin keras seseorang yang
marah membentak, maka jarak yang
membentang diantara keduanya semakin lebar. Efek emosional dari bentangan jarak
itu adalah rasa geram yang semakin membesar kepada objek kemarahan seiring
detik demi detik yang dilalui ketika seseorang sedang marah.
Insya Allah kondisi yang terjadi
adalah sebaliknya jika seseorang bisa
mengendalikan suara yaitu lebih memilih
bersuara lembut saat kemarahan datang. Suara lembut ini dapat mendekatkan
kembali dua hati manusia yang bergerak
menjauh saat dilanda banjir amarah.
Pada akhirnya, kemarahan tersebut ditutup dengan pemaafan, keridhaan,
dan rasa cinta. Dalam suasana tenang pun suara lembut ini menjadi lambang
cinta. Lihat saja seorang suami yang sedang menyatakan cinta kepada istrinya.
Suaranya begitu lembut, pelan, dan bahkan sampai tak terdengar. Walaupun tak
terdengar sang istri tetap dapat merasakan dan memahami curahan cinta itu,
cukup dengan menatap mata sang suami. Dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan hati mereka menjadi
sangat dekat satu sama lain.
Dikutip dan disarikan dari :
http://heartofalfikr.wordpress.com/2007/11/24/bentang-di-antara-dua-hati/
TUNTUNAN
AL-QUR’AN :
"Dan
sebutlah (Nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut
(pada siksaan-Nya), serta tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang. Dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai. " (QS.
Al-A'raaf: 205)
“Sederhanalah
kamu dalam berjalan dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai”. (QS Luqman : 19).
(disampaikan oleh Kunarso di depan Jamaah Qiyam
Ramadhan 1433 Hijriyah pada tgl. 25 Juli 2012 di Sekretariat Panitia Pembangunan Masjid Nuruz Zaman Kompleks Muhammadiyah Loa Bakung, Samarinda)
Simak lebih lanjut di
http://azkuna.blogspot.com dan
facebook http://www.facebook.com/azkuna
Senin, 04 Juni 2012
Mencermati Hilal awal bulan
MENCERMATI HILAL AWAL BULAN
(Menyambut Tahun Baru Hijriyah)
Oleh:Kunarso
HILAL atau BULAN SABIT yang muncul menandai datangnya awal bulan Muharram yaitu bulan pertama dalam Kalender Islam ataudikenal dengan Tahun Hijriyah belakangan ini selalu mendapat perhatian ummat muslim di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dan khususnya di Kota Samarinda. Berbagai macam agenda acara disusun untuk menyambutnya, ada tabligh akbar, pawai, perlombaan, bhakti sosial dan pemasangan spanduk di berbagai tempat strategis.
Sabtu, 18 September 2010
SEMPATKAN WAKTU UNTUK NONTON
Sang Pencerah : Penuh Semangat Sarat Makna
Share |
Satu lagi film yang akan turut menyambut hari raya Idul Fitri tahun ini. Sang Pencerah, film garapan Hanung Bramantyo akan menjadi tontonan wajib bagi Anda yang menginginkan film sarat makna. Sebuah tontonan yang penuh nilai positif, nilai humanis, nilai perjuangan seorang anak muda, nilai-nilai yang sangat sayang untuk Anda lewatkan.
Sang Pencerah merupakan film yang mengangkat kisah biopic dari tokoh besar yang hidup di tahun 1800-an, Ahmad Dahlan. Ya, tidak tanggung-tanggung memang yang dibuat oleh Hanung yang juga duduk sebagai penulis skenario. Tokoh pendiri Muhammadiyah itu coba dibuat oleh Hanung dalam bentuk layar lebar yang siap memberikan tontonan segar tahun ini.
Sang Pencerah menceritakan seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Darwis (Ihsan Taroreh). Pemuda itu gelisah dengan lingkungannya yang melaksanakan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat. Untuk mendalami ajaran agama Islam, Darwis pun pergi ke Mekkah.
Sepulangnya dari Mekkah, Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan (Lukman Sardi). Ia mendirikan sebuah langgar/surau dan mengawali pergerakannya dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman. Tindakannya itu serta merta mengundang kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) yang mengakibatkan surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat.
Cobaan Ahmad Dahlan dalam pergerakannya meluruskan syariat Islam pun tidak hanya sampai di situ. Dirinya juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo, bahkan dirinya disebut kafir.
Namun semangat Ahmad Dahlan tidak pernah surut. Bersama istri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan terus berjuang. Sampai pada akhirnya ia membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Meskipun film ini harus Anda nikmati dengan durasi 112 menit, Anda tidak perlu takut untuk merasa bosan di dalam bioskop. Anda akan dibuat ikut merasakan perjuangan Ahmad Dahlan dalam adegan demi adegan.
Apalagi tokoh besar Muhammadiyah itu diperankan seorang Lukman Sardi yang di sini semakin menunjukkan kualitas aktingnya yang semakin meningkat. Lukman berhasil menjaga kharismatik dan menggambarkan semangat perjuangan Ahmad Dahlan dengan baik. Kata sempurna sepertinya tidak berlebihan untuk aktor yang telah berperan dengan berbagai karakter ini.
Tidak luput juga akting dari para penyanyi yang mampu melirik perhatian mata penonton, Giring Nidji dan Ihsan Taroreh. Keduanya mampu membuktikan bahwa dirinya tidak hanya menang di atas panggung saja, namun dengan akting yang dipertontonkan dalam film ini oleh kedua penyanyi tersebut, nampaknya bisa mengawali diri mereka untuk berperan dalam film selanjutnya.
Terlepas dari para pemain, tentunya setting tempat yang menggambarkan tahun 1800-an juga menjadi nilai plus dari film produksi MVP Pictures ini. Yogyakarta yang dipilih sebagai lokasi, berhasil Hanung sulap menjadi sebuah perkampungan Yogyakarta pada tahun 1800-an. Ia mampu menghidupkan kembali atmosfer pada tahun tersebut dengan mereka-ulang bangunan Masjid Agung Kauman, wilayah keraton, stasiun lempuyangan, bahkan sudut-sudut kota Yogyakarta dengan sangat realistis.
Sang Pencerah mulai tayang pada 8 September 2010, sebuah tontonan yang siap memberikan inspirasi serta nilai-nilai postif untuk Anda. (eM_Yu)
Share |
Satu lagi film yang akan turut menyambut hari raya Idul Fitri tahun ini. Sang Pencerah, film garapan Hanung Bramantyo akan menjadi tontonan wajib bagi Anda yang menginginkan film sarat makna. Sebuah tontonan yang penuh nilai positif, nilai humanis, nilai perjuangan seorang anak muda, nilai-nilai yang sangat sayang untuk Anda lewatkan.
Sang Pencerah merupakan film yang mengangkat kisah biopic dari tokoh besar yang hidup di tahun 1800-an, Ahmad Dahlan. Ya, tidak tanggung-tanggung memang yang dibuat oleh Hanung yang juga duduk sebagai penulis skenario. Tokoh pendiri Muhammadiyah itu coba dibuat oleh Hanung dalam bentuk layar lebar yang siap memberikan tontonan segar tahun ini.
Sang Pencerah menceritakan seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Darwis (Ihsan Taroreh). Pemuda itu gelisah dengan lingkungannya yang melaksanakan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat. Untuk mendalami ajaran agama Islam, Darwis pun pergi ke Mekkah.
Sepulangnya dari Mekkah, Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan (Lukman Sardi). Ia mendirikan sebuah langgar/surau dan mengawali pergerakannya dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman. Tindakannya itu serta merta mengundang kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) yang mengakibatkan surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat.
Cobaan Ahmad Dahlan dalam pergerakannya meluruskan syariat Islam pun tidak hanya sampai di situ. Dirinya juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo, bahkan dirinya disebut kafir.
Namun semangat Ahmad Dahlan tidak pernah surut. Bersama istri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan terus berjuang. Sampai pada akhirnya ia membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Meskipun film ini harus Anda nikmati dengan durasi 112 menit, Anda tidak perlu takut untuk merasa bosan di dalam bioskop. Anda akan dibuat ikut merasakan perjuangan Ahmad Dahlan dalam adegan demi adegan.
Apalagi tokoh besar Muhammadiyah itu diperankan seorang Lukman Sardi yang di sini semakin menunjukkan kualitas aktingnya yang semakin meningkat. Lukman berhasil menjaga kharismatik dan menggambarkan semangat perjuangan Ahmad Dahlan dengan baik. Kata sempurna sepertinya tidak berlebihan untuk aktor yang telah berperan dengan berbagai karakter ini.
Tidak luput juga akting dari para penyanyi yang mampu melirik perhatian mata penonton, Giring Nidji dan Ihsan Taroreh. Keduanya mampu membuktikan bahwa dirinya tidak hanya menang di atas panggung saja, namun dengan akting yang dipertontonkan dalam film ini oleh kedua penyanyi tersebut, nampaknya bisa mengawali diri mereka untuk berperan dalam film selanjutnya.
Terlepas dari para pemain, tentunya setting tempat yang menggambarkan tahun 1800-an juga menjadi nilai plus dari film produksi MVP Pictures ini. Yogyakarta yang dipilih sebagai lokasi, berhasil Hanung sulap menjadi sebuah perkampungan Yogyakarta pada tahun 1800-an. Ia mampu menghidupkan kembali atmosfer pada tahun tersebut dengan mereka-ulang bangunan Masjid Agung Kauman, wilayah keraton, stasiun lempuyangan, bahkan sudut-sudut kota Yogyakarta dengan sangat realistis.
Sang Pencerah mulai tayang pada 8 September 2010, sebuah tontonan yang siap memberikan inspirasi serta nilai-nilai postif untuk Anda. (eM_Yu)
Langganan:
Postingan (Atom)