Sang Pencerah : Penuh Semangat Sarat Makna
Share |
Satu lagi film yang akan turut menyambut hari raya Idul Fitri tahun ini. Sang Pencerah, film garapan Hanung Bramantyo akan menjadi tontonan wajib bagi Anda yang menginginkan film sarat makna. Sebuah tontonan yang penuh nilai positif, nilai humanis, nilai perjuangan seorang anak muda, nilai-nilai yang sangat sayang untuk Anda lewatkan.
Sang Pencerah merupakan film yang mengangkat kisah biopic dari tokoh besar yang hidup di tahun 1800-an, Ahmad Dahlan. Ya, tidak tanggung-tanggung memang yang dibuat oleh Hanung yang juga duduk sebagai penulis skenario. Tokoh pendiri Muhammadiyah itu coba dibuat oleh Hanung dalam bentuk layar lebar yang siap memberikan tontonan segar tahun ini.
Sang Pencerah menceritakan seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Darwis (Ihsan Taroreh). Pemuda itu gelisah dengan lingkungannya yang melaksanakan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat. Untuk mendalami ajaran agama Islam, Darwis pun pergi ke Mekkah.
Sepulangnya dari Mekkah, Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan (Lukman Sardi). Ia mendirikan sebuah langgar/surau dan mengawali pergerakannya dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman. Tindakannya itu serta merta mengundang kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) yang mengakibatkan surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat.
Cobaan Ahmad Dahlan dalam pergerakannya meluruskan syariat Islam pun tidak hanya sampai di situ. Dirinya juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo, bahkan dirinya disebut kafir.
Namun semangat Ahmad Dahlan tidak pernah surut. Bersama istri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan terus berjuang. Sampai pada akhirnya ia membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Meskipun film ini harus Anda nikmati dengan durasi 112 menit, Anda tidak perlu takut untuk merasa bosan di dalam bioskop. Anda akan dibuat ikut merasakan perjuangan Ahmad Dahlan dalam adegan demi adegan.
Apalagi tokoh besar Muhammadiyah itu diperankan seorang Lukman Sardi yang di sini semakin menunjukkan kualitas aktingnya yang semakin meningkat. Lukman berhasil menjaga kharismatik dan menggambarkan semangat perjuangan Ahmad Dahlan dengan baik. Kata sempurna sepertinya tidak berlebihan untuk aktor yang telah berperan dengan berbagai karakter ini.
Tidak luput juga akting dari para penyanyi yang mampu melirik perhatian mata penonton, Giring Nidji dan Ihsan Taroreh. Keduanya mampu membuktikan bahwa dirinya tidak hanya menang di atas panggung saja, namun dengan akting yang dipertontonkan dalam film ini oleh kedua penyanyi tersebut, nampaknya bisa mengawali diri mereka untuk berperan dalam film selanjutnya.
Terlepas dari para pemain, tentunya setting tempat yang menggambarkan tahun 1800-an juga menjadi nilai plus dari film produksi MVP Pictures ini. Yogyakarta yang dipilih sebagai lokasi, berhasil Hanung sulap menjadi sebuah perkampungan Yogyakarta pada tahun 1800-an. Ia mampu menghidupkan kembali atmosfer pada tahun tersebut dengan mereka-ulang bangunan Masjid Agung Kauman, wilayah keraton, stasiun lempuyangan, bahkan sudut-sudut kota Yogyakarta dengan sangat realistis.
Sang Pencerah mulai tayang pada 8 September 2010, sebuah tontonan yang siap memberikan inspirasi serta nilai-nilai postif untuk Anda. (eM_Yu)
RENCANA LOKASI MASJID NURUZ ZAMAN
Sabtu, 18 September 2010
Kamis, 15 Juli 2010
SAAT TEPAT PENENTUAN ARAH KIBLAT
Pada saat matahari tepat di atas ka'bah, Jum'at 16 Juli 2010 pukul 17.27' WITA, maka garis bayangan yang terbentuk dari suatu benda adalah sesuai dengan arah kiblat.
Sahabat angkasa, Muthoha Arkanudin, dibawah ini menuliskan hari khusus dan istimewa buat kaum muslimin, yaitu hari dimana pada jam tertentu merupakan saat matahari tepat berada diatas Kabah. Sehingga mudah bagi daerah-daerah lain untuk mengukur ulang, mengkoreksi atau malah membuat masjid baru yang mengarah ke kiblat.
Hari Meluruskan Arah Kiblat
Oleh : Mutoha Arkanuddin
Istiwa A’dhom, teknik sederhana namun akurat dalam penentuan arah kiblat.
Apakah arah kiblat masjid bisa berubah atau bergeser akibat gempa bumi maupun bergeraknya lempeng Bumi seperti isu yang tengah berkembang? Jawabannya tentu TIDAK! Artinya pengukuran sebelumnya memang yang membuat arah kiblat masjid tersebut tidak tepat.
Apakah arah kiblat cukup ke BARAT? Sebagaimana yang difatwakan oleh MUI beberapa waktu yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan (saking mudahnya RED)
“Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Baqarah : 149)
“Baitullah ( Ka’bah ) adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)
“Jika kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari qur’an, lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)
Dalam ajaran Islam, mengadap ke arah kiblat atau bangunan Ka’bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap kiblat juga merupakan ibadah sunah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
Theodolit dan GPS dikenal sebagai pengukur arah kiblat yang presisi, namun demikian penggunaan peralatan ini tergolong sulit dan mahal biayanya.
Berdasarkan kebiasaan yang berkembang di masyarakat, terdapat beberapa kaidah yang sering digunakan untuk mengetahui ketepatan arah kiblat. Diantaranya adalah menggunakan kompas kiblat, kompas sajadah atau peralatan canggih seperti pesawat GPS dan theodoliti. Kini, melalui teknologi penginderaan jarah jauh yang disediakan cuma-cuma oleh Google via internet menggunakan software Google Earth atau secara online disediakan oleh situs-situs seperti Qibla Locator atau RHI Qibla Locator yang memanfaatkan fasilitas Google Map Api (GMA) kita dengan mudah dapat mengetahui arah kiblat sebuah bangunan masjid secara visual dan jelas. Namun demikian penggunaan kaidah-kaidah tersebut sering terkendala beberapa masalah. Kompas belumlah dikatakan sebagai alat ukur yang presisi. Sebab dalam penggunaannya, kompas sering mengalami kesalahan. Kesalahan tersebut berupa penyimpangan jarum kompas baik oleh variasi magnetik secara global maupun atraksi magnetis secara lokal oleh logam di sekitarnya. Belum lagi skala kompas biasanya terlalu kasar. Sementara, penggunaan GPS dan theodolit untuk mengukur arah kiblat walaupun bisa mendapatkan hasil yang lebih presisi namun dalam prakteknya kedua peralatan tersebut tidak mudah didapatkan karena harganya yang cukup mahal. Walaupun Google Earth maupun fasilitas qibla locator secara online dapat membantu mengetahui arah kiblat secara visual dengan perhitungan yang sangat akurat, namun piranti tersebut bukan merupakan alat ukur yang presisi di lapangan dan hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu.
Pada setiap tanggal 28 Mei dan 16 Juli Matahari tepat berada di atas Ka’bah.
Lantas apakah bisa mengukur arah kiblat secara presisi dengan biaya yang murah? Jawabannya adalah BISA! Yaitu dengan menggunakan fenomena astronomis yang terjadi pada hari yang disebut sebagai yaumul rashdul qiblat atau hari meluruskan arah kiblat karena saat itu Matahari tepat di atas Ka’bah. Fenomena yang terjadi 2 kali selama setahun ini dikenal juga dengan istilah Transit Utama atau Istiwa A’dhom.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A’dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
Konsepnya sederhana! Saat Matahari di atas Ka’bah maka semua bayangan benda tegak akan mengarah ke Ka’bah
Hal ini bisa difahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibat selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A’dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
Demikian halnya Ka’bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A’dhom yaitu setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka’bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
28 MEI 2010 @ 16:18 WIB
16 JULI 2010 @ 16:27 WIB
MATAHARI TEPAT DI ATAS KA’BAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
Untuk lebih akurat pengukuran disarankan menggunakan benang besar yang berbandul daripada sekedar menggunakan tongkat yang ternyata sulit membuatnya benar-benar tegak.
Saya menyebut untuk alat benang berbandul tersebut dengan istilah Solar Shadow Tracker (SST) – penjejak bayangan Matahari.
Teknik penentuan arah kiblat pada hari Rashdul Qiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga sudah banyak yang menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa A’dhom tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat yang benar.
Bahkan dengan menggunakan software khusus yang dapat mengetahui pergerakan benda langit secara presisi kapan secara persis terjadinya Istiwa A’dham dapat diketahui. Untuk tahun 2010 ini misalnya menurut software Starrynight Pro Plus Versi 6.3.8 yaitu sebuah software astronomi yang memiliki tingkat ketepatan sangat tinggi, peristiwa Istiwa A’dhom terjadi pada 28 Mei 2010 pukul 12:17:59 WS atau 16:17:59 WIB dan 16 Juli 2010 pukul 12:26:48 WS atau 16:26:48 WIB. Namun secara praktis angka tersebut bisa dibulatkan ke menit.
Tempat yang memungkinkan penentuan arah kiblat pada 28 Mei dan 16 Juli hanya di daerah terang saja.
Karena di negara kita peristiwanya terjadi pada sore hari maka arah bayangan adalah ke Timur, maka arah bayangan yang menuju ke tongkat adalah merupakan arah kiblat yang benar. Jika anda khawatir gagal karena Matahari terhalang oleh mendung maka toleransi pengukuran dapat dilakukan pada H-2 hingga H+2. Satu hal penting yang harus kita perhatikan adalah JAM yang kita gunakan hendaknya sudah terkalibrasi dengan tepat. Untuk mengetahui standard waktu yang tepat bisa digunakan tanda waktu saat Berita di RRI, layanan telpon 103 atau menggunakan jam atom yang disediakan oleh layanan internet.
Istiwa A’dhom di antipode (Nadir) Ka’bah dapat digunakan sebagai acuan penentuan arah kiblat secara presisi untuk wilayah yang tidak memungkinkan melakukan penentuan arah kiblat pada 28 Mei dan 16 Juli.
Penentuan arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa Istiwa A’dhom dapat secara langsung melihat Matahari. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu Matahari sudah terbenam seperti Wilayah Indonesia Timur (WIT) praktis teknik ini tidak dapat digunakan. Maka ada fenomena lain yang dapat digunakan oleh daerah-daerah tersebut sehingga dapat mengetahui arah kiblat secara presisi. Fenomena itu adalah saat Matahari berada tepat di bawah Ka’bah yaitu saat Istiwa A’dhom terjadi di titik Nadir (Antipode) Ka’bah yang terjadi pada setiap tanggal 13 Januari dan 28 November.
Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa A’dhom :
1. Tentukan lokasi masjid/mushalla/ langgar atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya.
2. Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.
3. Siapkan jam/arloji yang sudah dicocokkan / dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/ televisi/ internet atau telpon ke 103.
4. Tentukan lokasi pengukuran; di dalam masjid (diutamakan) atau di sisi Selatan Masjid atau di sisi Utara atau di halaman depan masjid. Yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapatkan penyinaran Matahari saat peristiwa Istiwa A’dhom berlangsung.
5. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat) atau pasang benang lengkap dengan bandul serta penyangganya di tempat tersebut. (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)
6. Tunggu sampai saat Istiwa A’dhom terjadi dan amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya
7. Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah kiblat. Maka setelah garis arah kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton.
Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla / langgar saja yang perlu diluruskan arah kiblatnya. Mungkin kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.
Semoga dengan lurusnya arah kiblat kita, ibadah shalat yang kita kerjakan menjadi lebih afdhal dan doanya lebih dikabulkan. Amin.
Keterangan lengkap hubungi Rukyat Hilal Indonesia (RHI) di 0274-552630 atau 08122743082.
CATATAN:
Untuk lebih akurat yg 28 Mei, hari sebelumnya dikurangi 3 menit per hari sesudahnya ditambah 3 menit per hari. Yang 16 Juli hari sebelumnya ditambah 3 menit per hari sesudahnya dikurangi 3 menit per hari. Masih cukup presisi. Kalaupun tidak dikoreksi jg masih ckp akurat krn hanya berbeda 0,2drjt setiap hari atau sekitar 10′ (menit busur) sementara diameter sumber cahaya (matahari) jauh lebih besar yaitu sekitar 0,5drjt atau 30′.
Diarsipkan di bawah: Dongeng Geologi, RuPa-RupI
Info lain, silahkan buka http://azkun.blogspot.com
http://nuruzzaman-blogspot.com
http://nurda-azkun.blogspot.com
http://loabakungceria.blogspot.com
Senin, 12 Juli 2010
SAAT TEPAT PENENTUAN ARAH KIBLAT
Sahabat angkasa, Muthoha Arkanudin, dibawah ini menuliskan hari khusus dan istimewa buat kaum muslimin, yaitu hari dimana pada jam tertentu merupakan saat matahari tepat berada diatas Kabah. Sehingga mudah bagi daerah-daerah lain untuk mengukur ulang, mengkoreksi atau malah membuat masjid baru yang mengarah ke kiblat.
Hari Meluruskan Arah Kiblat
Oleh : Mutoha Arkanuddin
Istiwa A’dhom, teknik sederhananamun akurat dalam penentuan arah kiblat.
Apakah arah kiblat masjid bisa berubah atau bergeser akibat gempa bumi maupun bergeraknya lempeng Bumi seperti isu yang tengah berkembang? Jawabannya tentu TIDAK! Artinya pengukuran sebelumnya memang yang membuat arah kiblat masjid tersebut tidak tepat.
Apakah arah kiblat cukup ke BARAT? Sebagaimana yang difatwakan oleh MUI beberapa waktu yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan (saking mudahnya RED)
“Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Baqarah : 149)
“Baitullah ( Ka’bah ) adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)
“Jika kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari qur’an, lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)
Dalam ajaran Islam, mengadap ke arah kiblat atau bangunan Ka’bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap kiblat juga merupakan ibadah sunah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
Theodolit dan GPS dikenal sebagai pengukur arah kiblat yang presisi, namun demikian penggunaan peralatan ini tergolong sulit dan mahal biayanya.
Berdasarkan kebiasaan yang berkembang di masyarakat, terdapat beberapa kaidah yang sering digunakan untuk mengetahui ketepatan arah kiblat. Diantaranya adalah menggunakan kompas kiblat, kompas sajadah atau peralatan canggih seperti pesawat GPS dan theodoliti. Kini, melalui teknologi penginderaan jarah jauh yang disediakan cuma-cuma oleh Google via internet menggunakan software Google Earth atau secara online disediakan oleh situs-situs seperti Qibla Locator atau RHI Qibla Locator yang memanfaatkan fasilitas Google Map Api (GMA) kita dengan mudah dapat mengetahui arah kiblat sebuah bangunan masjid secara visual dan jelas. Namun demikian penggunaan kaidah-kaidah tersebut sering terkendala beberapa masalah. Kompas belumlah dikatakan sebagai alat ukur yang presisi. Sebab dalam penggunaannya, kompas sering mengalami kesalahan. Kesalahan tersebut berupa penyimpangan jarum kompas baik oleh variasi magnetik secara global maupun atraksi magnetis secara lokal oleh logam di sekitarnya. Belum lagi skala kompas biasanya terlalu kasar. Sementara, penggunaan GPS dan theodolit untuk mengukur arah kiblat walaupun bisa mendapatkan hasil yang lebih presisi namun dalam prakteknya kedua peralatan tersebut tidak mudah didapatkan karena harganya yang cukup mahal. Walaupun Google Earth maupun fasilitas qibla locator secara online dapat membantu mengetahui arah kiblat secara visual dengan perhitungan yang sangat akurat, namun piranti tersebut bukan merupakan alat ukur yang presisi di lapangan dan hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu.
Pada setiap tanggal 28 Mei dan 16 Juli Matahari tepat berada di atas Ka’bah.
Lantas apakah bisa mengukur arah kiblat secara presisi dengan biaya yang murah? Jawabannya adalah BISA! Yaitu dengan menggunakan fenomena astronomis yang terjadi pada hari yang disebut sebagai yaumul rashdul qiblat atau hari meluruskan arah kiblat karena saat itu Matahari tepat di atas Ka’bah. Fenomena yang terjadi 2 kali selama setahun ini dikenal juga dengan istilah Transit Utama atau Istiwa A’dhom.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A’dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
Konsepnya sederhana! Saat Matahari di atas Ka’bah maka semua bayangan benda tegak akan mengarah ke Ka’bah
Hal ini bisa difahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibat selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A’dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
Demikian halnya Ka’bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A’dhom yaitu setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka’bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
28 MEI 2010 @ 16:18 WIB
16 JULI 2010 @ 16:27 WIB
MATAHARI TEPAT DI ATAS KA’BAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
Untuk lebih akurat pengukuran disarankan menggunakan benang besar yang berbandul daripada sekedar menggunakan tongkat yang ternyata sulit membuatnya benar-benar tegak.
Saya menyebut untuk alat benang berbandul tersebut dengan istilah Solar Shadow Tracker (SST) – penjejak bayangan Matahari.
Teknik penentuan arah kiblat pada hari Rashdul Qiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga sudah banyak yang menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa A’dhom tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat yang benar.
Bahkan dengan menggunakan software khusus yang dapat mengetahui pergerakan benda langit secara presisi kapan secara persis terjadinya Istiwa A’dham dapat diketahui. Untuk tahun 2010 ini misalnya menurut software Starrynight Pro Plus Versi 6.3.8 yaitu sebuah software astronomi yang memiliki tingkat ketepatan sangat tinggi, peristiwa Istiwa A’dhom terjadi pada 28 Mei 2010 pukul 12:17:59 WS atau 16:17:59 WIB dan 16 Juli 2010 pukul 12:26:48 WS atau 16:26:48 WIB. Namun secara praktis angka tersebut bisa dibulatkan ke menit.
Tempat yang memungkinkan penentuan arah kiblat pada 28 Mei dan 16 Juli hanya di daerah terang saja.
Karena di negara kita peristiwanya terjadi pada sore hari maka arah bayangan adalah ke Timur, maka arah bayangan yang menuju ke tongkat adalah merupakan arah kiblat yang benar. Jika anda khawatir gagal karena Matahari terhalang oleh mendung maka toleransi pengukuran dapat dilakukan pada H-2 hingga H+2. Satu hal penting yang harus kita perhatikan adalah JAM yang kita gunakan hendaknya sudah terkalibrasi dengan tepat. Untuk mengetahui standard waktu yang tepat bisa digunakan tanda waktu saat Berita di RRI, layanan telpon 103 atau menggunakan jam atom yang disediakan oleh layanan internet.
Istiwa A’dhom di antipode (Nadir) Ka’bah dapat digunakan sebagai acuan penentuan arah kiblat secara presisi untuk wilayah yang tidak memungkinkan melakukan penentuan arah kiblat pada 28 Mei dan 16 Juli.
Penentuan arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa Istiwa A’dhom dapat secara langsung melihat Matahari. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu Matahari sudah terbenam seperti Wilayah Indonesia Timur (WIT) praktis teknik ini tidak dapat digunakan. Maka ada fenomena lain yang dapat digunakan oleh daerah-daerah tersebut sehingga dapat mengetahui arah kiblat secara presisi. Fenomena itu adalah saat Matahari berada tepat di bawah Ka’bah yaitu saat Istiwa A’dhom terjadi di titik Nadir (Antipode) Ka’bah yang terjadi pada setiap tanggal 13 Januari dan 28 November.
Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa A’dhom :
1. Tentukan lokasi masjid/mushalla/ langgar atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya.
2. Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.
3. Siapkan jam/arloji yang sudah dicocokkan / dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/ televisi/ internet atau telpon ke 103.
4. Tentukan lokasi pengukuran; di dalam masjid (diutamakan) atau di sisi Selatan Masjid atau di sisi Utara atau di halaman depan masjid. Yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapatkan penyinaran Matahari saat peristiwa Istiwa A’dhom berlangsung.
5. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat) atau pasang benang lengkap dengan bandul serta penyangganya di tempat tersebut. (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)
6. Tunggu sampai saat Istiwa A’dhom terjadi dan amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya
7. Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah kiblat. Maka setelah garis arah kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton.
Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla / langgar saja yang perlu diluruskan arah kiblatnya. Mungkin kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.
Semoga dengan lurusnya arah kiblat kita, ibadah shalat yang kita kerjakan menjadi lebih afdhal dan doanya lebih dikabulkan. Amin.
Keterangan lengkap hubungi Rukyat Hilal Indonesia (RHI) di 0274-552630 atau 08122743082.
CATATAN:
Untuk lebih akurat yg 28 Mei, hari sebelumnya dikurangi 3 menit per hari sesudahnya ditambah 3 menit per hari. Yang 16 Juli hari sebelumnya ditambah 3 menit per hari sesudahnya dikurangi 3 menit per hari. Masih cukup presisi. Kalaupun tidak dikoreksi jg masih ckp akurat krn hanya berbeda 0,2drjt setiap hari atau sekitar 10′ (menit busur) sementara diameter sumber cahaya (matahari) jauh lebih besar yaitu sekitar 0,5drjt atau 30′.
Diarsipkan di bawah: Dongeng Geologi, RuPa-RupI
Diposkan oleh Kunarso di 13:42 0 komentar
Hari Meluruskan Arah Kiblat
Oleh : Mutoha Arkanuddin
Istiwa A’dhom, teknik sederhananamun akurat dalam penentuan arah kiblat.
Apakah arah kiblat masjid bisa berubah atau bergeser akibat gempa bumi maupun bergeraknya lempeng Bumi seperti isu yang tengah berkembang? Jawabannya tentu TIDAK! Artinya pengukuran sebelumnya memang yang membuat arah kiblat masjid tersebut tidak tepat.
Apakah arah kiblat cukup ke BARAT? Sebagaimana yang difatwakan oleh MUI beberapa waktu yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan (saking mudahnya RED)
“Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Baqarah : 149)
“Baitullah ( Ka’bah ) adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)
“Jika kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari qur’an, lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)
Dalam ajaran Islam, mengadap ke arah kiblat atau bangunan Ka’bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap kiblat juga merupakan ibadah sunah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
Theodolit dan GPS dikenal sebagai pengukur arah kiblat yang presisi, namun demikian penggunaan peralatan ini tergolong sulit dan mahal biayanya.
Berdasarkan kebiasaan yang berkembang di masyarakat, terdapat beberapa kaidah yang sering digunakan untuk mengetahui ketepatan arah kiblat. Diantaranya adalah menggunakan kompas kiblat, kompas sajadah atau peralatan canggih seperti pesawat GPS dan theodoliti. Kini, melalui teknologi penginderaan jarah jauh yang disediakan cuma-cuma oleh Google via internet menggunakan software Google Earth atau secara online disediakan oleh situs-situs seperti Qibla Locator atau RHI Qibla Locator yang memanfaatkan fasilitas Google Map Api (GMA) kita dengan mudah dapat mengetahui arah kiblat sebuah bangunan masjid secara visual dan jelas. Namun demikian penggunaan kaidah-kaidah tersebut sering terkendala beberapa masalah. Kompas belumlah dikatakan sebagai alat ukur yang presisi. Sebab dalam penggunaannya, kompas sering mengalami kesalahan. Kesalahan tersebut berupa penyimpangan jarum kompas baik oleh variasi magnetik secara global maupun atraksi magnetis secara lokal oleh logam di sekitarnya. Belum lagi skala kompas biasanya terlalu kasar. Sementara, penggunaan GPS dan theodolit untuk mengukur arah kiblat walaupun bisa mendapatkan hasil yang lebih presisi namun dalam prakteknya kedua peralatan tersebut tidak mudah didapatkan karena harganya yang cukup mahal. Walaupun Google Earth maupun fasilitas qibla locator secara online dapat membantu mengetahui arah kiblat secara visual dengan perhitungan yang sangat akurat, namun piranti tersebut bukan merupakan alat ukur yang presisi di lapangan dan hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu.
Pada setiap tanggal 28 Mei dan 16 Juli Matahari tepat berada di atas Ka’bah.
Lantas apakah bisa mengukur arah kiblat secara presisi dengan biaya yang murah? Jawabannya adalah BISA! Yaitu dengan menggunakan fenomena astronomis yang terjadi pada hari yang disebut sebagai yaumul rashdul qiblat atau hari meluruskan arah kiblat karena saat itu Matahari tepat di atas Ka’bah. Fenomena yang terjadi 2 kali selama setahun ini dikenal juga dengan istilah Transit Utama atau Istiwa A’dhom.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A’dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
Konsepnya sederhana! Saat Matahari di atas Ka’bah maka semua bayangan benda tegak akan mengarah ke Ka’bah
Hal ini bisa difahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibat selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A’dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
Demikian halnya Ka’bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A’dhom yaitu setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka’bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
28 MEI 2010 @ 16:18 WIB
16 JULI 2010 @ 16:27 WIB
MATAHARI TEPAT DI ATAS KA’BAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
Untuk lebih akurat pengukuran disarankan menggunakan benang besar yang berbandul daripada sekedar menggunakan tongkat yang ternyata sulit membuatnya benar-benar tegak.
Saya menyebut untuk alat benang berbandul tersebut dengan istilah Solar Shadow Tracker (SST) – penjejak bayangan Matahari.
Teknik penentuan arah kiblat pada hari Rashdul Qiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga sudah banyak yang menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa A’dhom tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat yang benar.
Bahkan dengan menggunakan software khusus yang dapat mengetahui pergerakan benda langit secara presisi kapan secara persis terjadinya Istiwa A’dham dapat diketahui. Untuk tahun 2010 ini misalnya menurut software Starrynight Pro Plus Versi 6.3.8 yaitu sebuah software astronomi yang memiliki tingkat ketepatan sangat tinggi, peristiwa Istiwa A’dhom terjadi pada 28 Mei 2010 pukul 12:17:59 WS atau 16:17:59 WIB dan 16 Juli 2010 pukul 12:26:48 WS atau 16:26:48 WIB. Namun secara praktis angka tersebut bisa dibulatkan ke menit.
Tempat yang memungkinkan penentuan arah kiblat pada 28 Mei dan 16 Juli hanya di daerah terang saja.
Karena di negara kita peristiwanya terjadi pada sore hari maka arah bayangan adalah ke Timur, maka arah bayangan yang menuju ke tongkat adalah merupakan arah kiblat yang benar. Jika anda khawatir gagal karena Matahari terhalang oleh mendung maka toleransi pengukuran dapat dilakukan pada H-2 hingga H+2. Satu hal penting yang harus kita perhatikan adalah JAM yang kita gunakan hendaknya sudah terkalibrasi dengan tepat. Untuk mengetahui standard waktu yang tepat bisa digunakan tanda waktu saat Berita di RRI, layanan telpon 103 atau menggunakan jam atom yang disediakan oleh layanan internet.
Istiwa A’dhom di antipode (Nadir) Ka’bah dapat digunakan sebagai acuan penentuan arah kiblat secara presisi untuk wilayah yang tidak memungkinkan melakukan penentuan arah kiblat pada 28 Mei dan 16 Juli.
Penentuan arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa Istiwa A’dhom dapat secara langsung melihat Matahari. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu Matahari sudah terbenam seperti Wilayah Indonesia Timur (WIT) praktis teknik ini tidak dapat digunakan. Maka ada fenomena lain yang dapat digunakan oleh daerah-daerah tersebut sehingga dapat mengetahui arah kiblat secara presisi. Fenomena itu adalah saat Matahari berada tepat di bawah Ka’bah yaitu saat Istiwa A’dhom terjadi di titik Nadir (Antipode) Ka’bah yang terjadi pada setiap tanggal 13 Januari dan 28 November.
Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa A’dhom :
1. Tentukan lokasi masjid/mushalla/ langgar atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya.
2. Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.
3. Siapkan jam/arloji yang sudah dicocokkan / dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/ televisi/ internet atau telpon ke 103.
4. Tentukan lokasi pengukuran; di dalam masjid (diutamakan) atau di sisi Selatan Masjid atau di sisi Utara atau di halaman depan masjid. Yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapatkan penyinaran Matahari saat peristiwa Istiwa A’dhom berlangsung.
5. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat) atau pasang benang lengkap dengan bandul serta penyangganya di tempat tersebut. (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)
6. Tunggu sampai saat Istiwa A’dhom terjadi dan amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya
7. Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah kiblat. Maka setelah garis arah kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton.
Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla / langgar saja yang perlu diluruskan arah kiblatnya. Mungkin kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.
Semoga dengan lurusnya arah kiblat kita, ibadah shalat yang kita kerjakan menjadi lebih afdhal dan doanya lebih dikabulkan. Amin.
Keterangan lengkap hubungi Rukyat Hilal Indonesia (RHI) di 0274-552630 atau 08122743082.
CATATAN:
Untuk lebih akurat yg 28 Mei, hari sebelumnya dikurangi 3 menit per hari sesudahnya ditambah 3 menit per hari. Yang 16 Juli hari sebelumnya ditambah 3 menit per hari sesudahnya dikurangi 3 menit per hari. Masih cukup presisi. Kalaupun tidak dikoreksi jg masih ckp akurat krn hanya berbeda 0,2drjt setiap hari atau sekitar 10′ (menit busur) sementara diameter sumber cahaya (matahari) jauh lebih besar yaitu sekitar 0,5drjt atau 30′.
Diarsipkan di bawah: Dongeng Geologi, RuPa-RupI
Diposkan oleh Kunarso di 13:42 0 komentar
Kamis, 14 Januari 2010
MENYIKAPI FENOMENA ALAM GERHANA
Gerhana Matahari Cincin 15 January 2010
Pada hari Jumat, tanggal 15 January 2010 terjadi gerhana matahari yang kebetulan melewati Indonesia. Gerhana matahari kali ini bukan gerhana matahari total, tetapi gerhana matahari cincin. Namun gerhana kali ini dapat dinikmati oleh kita yang tinggal di Sumatra, Jawa Barat- Jawa Tengah dan Kalimantan.
Pandangan gerhana matahari cincin ini akan optimum hanya terlihat di Srilangka dan China.
Seperti yang disarankan oleh Muhammadiyah, diharapkan kaum muslimin untuk menyelenggarakan Sholat gerhana pada waktu kejadian fenomena ini.
Bagaimana gerhana matahari itu terjadi ?
Gerhana matahari itu terjadi akibat bulan berada segaris dengan matahari, sehingga cahaya matahari tertutupi oleh bulan.
Gerhana hari Jumat hari ini 15 Januari 2010 merupakan gerhana anular (gerhana matahari cincin). Gerhana matahari cincin terjadi saat Bulan berada jauh dari bumi sehingga piringannya terlihat kecil dan tidak dapat menutupi seluruh piringan matahari. Piringan matahari yang tertutup oleh piringan Bulan hanya bagian tengahnya saja, sehingga bagian pinggir matahari tidak tertutup. Oleh karena itu piringan matahari akan terlihat dari muka bumi seperti lingkaran cincin yang bercahaya.
Peristiwa gerhana memang saat ini mudah sekali diramalkan karena pengetahuan astronomi sudah sangat berkembang serta alat-alat pengukuran dan pengamatannyapun sudah semakin canggih.
Dianjurkan bagi kaum Muslimin melaksanakan Shalat sunat ketika terjadi gerhana.
TATACARA SHALAT GERHANA
OLEH : MUHAMMAD ALI ALHAMIDY
A. MACAM-MACAM GERHANA :
1. Gerhana matahari ( kusuf )
2. Gerhana bulan ( khusuf )
B. TATACARA SHALAT GERHANA
1. Sebelum shalat gerhana, diadakan penggilan dengan ucapan as shalatu jami’ah”. Tanpa adzan dan iqamat.
خـســفـت الـشــمـس عـلى عــهـد رسـول الله صـلى الله عـلـيــه و ســلـم فـبــعـث مـنــاديـا الـصــلاة جــامـعــة
Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. lalu beliau mengirim utusan ( yang berseru ) “ash shalatu jami’ah” ( mari shalat berjamaah ! ) ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
2. Shalat gerhana dilukakan sebanyak dua raka’at.
خـسـفـت الـشـمـس عـلـى عـهـد رسـول الله صـلـى الله عـلـيـه و سـلـم فـبعـث مـنـاديـا الـصـلاة جـامـعـة فـقــام فـصـلـى اربـع ركـعـات فـى ركـعـتــيـن و اربـع سـجــدات
Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. lalu beliau mengirim utusan ( yang berseru ) “ash shalatu jami’ah” ( mari shalat berjama’ah ). Lantas beliau berdiri, lalu beliau shalat dengan empat kali ruku’ dalam dua raka’at dengan empat kali sujud ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
3. Bacaan surah atau ayat dinyaringkan.
صـلـى صـلاة الـكـسـوف فـجـهـر فـيـهــا بـالـقـراءة
Nabi shalat gerhana, lalu beliau nyaringkan bacaan padanya ( H.R. Tirmidzi dan beliau mengesahkannya dari Aisyah r.a. )
4. Pada setiap raka’at shalat gerhana dilakukan :
a. Dua kali ruku’ dan dua kali sujud, atau
فـصـلـى اربـع ركـعـات فـى ركـعـتــيـن و اربـع سـجــدات
Lalu beliau saw. shalat empat kali ruku’ dalam dua raka’at dan empat kali sujud ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
b. Tiga kali ruku’ dan dua kali sujud, atau
فـصـلـى سـت ركـعـات بـاربـع سـجـدات
Lalu beliau saw. shalat enam kali ruku’ dengan empat kali sujud ( H.R. Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Jabir )
c. Empat kali ruku’ dan dua kali sujud, atau
صـلـى ثـمـانـى ركـعـات فـى اربـع ستجــدات
Beliau saw. shalat delapan kali ruku’ dengan empat kali sujud ( H.R. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Nasa-i dari Ibnu Abbas )
d. Lima kali ruku’ dan dua kali sujud
وركـع خـمـس ركـوعـات و سـجــدتـيـن
Dan beliau ruku lima kali dengan dua kali sujud ( H.R. Abu Daud dan Abdullah bin Ahmad dalam al Musnad dari Ubay bin Ka’ab r.a. )
Keterangan :
Yang sering diamalkan adalah tatacara ruku’ yang pertama ( a ), yaitu setiap raka’atnya ada dua kali ruku’ dan dua kali sujud. Atau dalam dua raka’at ada empat kali ruku’ dan empat kali sujud
5. Tatacara ruku’ shalat gerhana :
a. Dua ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku lagi ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri lagi ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud.
b. Tiga ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 3 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud
c. Empat ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 3 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 4 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud
d. Lima kali ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 3 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 4 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzilir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 5 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud.
فـقــام فـكــبـر و صـف الـنـاس وراءه فـاقـتـرأ قـراءة طـويـلـة ثـم كـبـر فـركـع ركـوعـا طـويـلا هـو ادنـى مـن الـقـراءة الاولى ثـم رفـع رأسـه فـقـال سـمـع الله لـمـن حـمـده ربـنـا و لـك الـحــمـد ثـم قـام فـاقـتـرأ قـراءة طـويـلـة هي ادنـى مـن الـقـراءة الاولـى ثـم كـبـر فـركـع ركـوعـا طـويـلا هـو ادنـى مـن الـكـوع الاول ثـم قـال سـمع الله لـمن حـمـده ربـنـا و لـك الـحـمـد ثـم سـجــد
Maka beliau saw. berdiri lalu bertakbir dan orang-orang berbaris di belakangnya. Lalu beliau membaca surah yang panjang. Kemudian beliau ruku’ yang panjang yang lebih pendek daripada bacaan surah pertama ( sebelum ruku’ ). Kemudian beliau mengangkat kepalanya sambil membaca sami’allahu liman hamidah rabbana wa lakal hamdu, kemudian terus berdiri lalu membaca surah/ayat panjang yang lebih pendek daripada bacaan surah/ayat pertama ( sebelum ruku’ ). Kemudian bertakbir lalu ruku’ yang lebih pendek dari ruku’ pertama. Kemudian mengucap sami’allahu liman hamidah rabbana wa lakal hamdu. Kemudian beliau sujud …. ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
6. Panjang atau lamanya waktu dalam mengerjakan shalat gerhana :
a. Raka’at pertama lebih panjang daripada raka’at kedua.
b. Bacaan Al Fatihah dan surah di raka’at pertama diakukan seukuran bacaan surah Al Baqarah
c. Ruku’ dan sujud dilakukan relatif lama
d. Berdiri setelah ruku pertama lebih pendek daripada berdiri sebelum ruku’. Dan berdiri setelah ruku berikutnya lebih pendek daripada berdiri setelah ruku’ sebelumnya
خـسـفـت الـشـمـس عـلـى عـهـد رسـول الله صـلـى الله عـلـيــه و سـلـم فـقـام قـيـامـا طـويـلا نحـوا مـن سـورة الـبـقـرة ثـم ركـع ركـوعـا طـويـلا ثـم رفـع فـقـام قـيـامـا طـويـلا و هـو دون الـقـيـام الاول ثـم ركـع ركـوع الاول و هـو دون الـركـوع الاول ثـم سـجـد ثـم قـام قـيـامـا طـويـلا و هـو دون الـقـيـام الاول ثـم ركـع ركـوعـا طـويـلا و هـو دون الـركـوع الاول ثـم رفـع فـقـام قـيـامـا طـويـلا و هـو دون الـقـيـام الاول ثـم ركـع ركـوعـا طـويـلا و هـو دون الـركـوع الاول ثـم سـجـد ثـم انصـرف
Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. Lalu beliau berdiri ( shalat ) yang lama seukuran surah Al Baqarah. Kemudian beliau ruku’ yang lama. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berdiri yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama ( sebelum ruku’ ), kemudian beliau sujud. Kemudian beliau berdiri yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama ( raka’at pertama ). Kemudian beliau ruku’ yang lama, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama ( di raka’at pertama ). Kemudian beliau berdiri yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama. Kemudian beliau ruku’ yang lama, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama. Kemudian beliau sujud. Serta kemudian beliaupun salam ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abbas )
7. Setelah shalat diadakan khutbah
ثـم قـام فـخـطـب الـنـاس فـاثـنـى عـلـى الله بـمـا هـو اهــلـه
Kemudian beliau saw. berdiri, lalu berkhutbah kepada orang banyak sambil menyanjung kepada Allah sesuai dengan kelayakan yang Dia miliki ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah )
8. Amaliyah-amaliyah yang diperintahkan/dianjurkan ketika terjadi gerhana :
a. Segera melaksanakan shalat gerhana dengan berjama’ah
فـاذا رايأتــمـوهـمــا فـافــزعـوا الـى الـصــلاة
Bila kamu melihat terjadinya dua gerhana tersebut, maka bersegeralah menuju shalat ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah )
b. Banyak berdoa kepada Allah
فـاذا رايــتـمــوهـمــا فـادعـوا الله تـعــالـى و صــلـوا
Bila kamu meliahat kejadian dua gerhana tersebut maka segeralah berdoa kepada Allah dan shalatlah ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Mughirah r.a. )
c. Banyak berdzikir kepada Allah
فـاذا رايــتـم ذلـك فـاذكـروا الله
Bila kamu melihat yang demikian itu ( gerhana ), maka berdzikirlah kepada Allah ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas )
d. Banyak beristighfar kepada Allah
فـاذا رايــتـم شـيــئـا مـن ذلـك فـافــزعـوا الـى ذكـر الله و دعــائه و اســتـغـفــاره
Bila kamu melihat sesuatu dari yang demikian ( gerhana ), maka segeralah berdzikir kepada Allah, berdoa kepadaNya dan beristighfar ( minta ampun ) kepadaNya ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa r.a. )
e. Banyak bersedekah
f. Banyak bertakbir
فـادعـوا الله و كـبـروا و تـصـدقـوا و صـلـوا
Maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah dan shalatlah ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
g. Memerdekakan hamba sahaya ( budak )
لـقــد امـر رسـول الله صألـى الله عـلـيــه و سـلـم بـالعـتــاقـة فـى كـســوف الـشـمــس
Sesungguhnya Rasulullah saw. menyuruh memerdekakan hamba sahaya disaat gerhana matahari ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Asma’ binti Abu Bakar )
9. Tadabbur ( renungan ) tentang gerhana :
a. Gerhana matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang selalu terjadi di alam semesta ini
b. Terjadinya gerhana adalah karena kekuasaan Allah, bukan karena hidup atau matinya seseorang
c. Jangan mengaitkan gerhana dengan syirik, khurafat atau dongeng seperti menganggap terjadinya gerhana karena matahari atau bulan sedang ditelan oleh seekor naga atau binatang besar
ان الـشــمـس و الـقــمـر آيـتــان مـن آيــات الله لا يـنـكــسـفــان لـمــوت احــد و لا لـحــيـاتـه
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana tidak terjadi pada keduanya karena kematian atau hidupnya seseorang ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Al Mughirah bin Syu’bah )
Pada hari Jumat, tanggal 15 January 2010 terjadi gerhana matahari yang kebetulan melewati Indonesia. Gerhana matahari kali ini bukan gerhana matahari total, tetapi gerhana matahari cincin. Namun gerhana kali ini dapat dinikmati oleh kita yang tinggal di Sumatra, Jawa Barat- Jawa Tengah dan Kalimantan.
Pandangan gerhana matahari cincin ini akan optimum hanya terlihat di Srilangka dan China.
Seperti yang disarankan oleh Muhammadiyah, diharapkan kaum muslimin untuk menyelenggarakan Sholat gerhana pada waktu kejadian fenomena ini.
Bagaimana gerhana matahari itu terjadi ?
Gerhana matahari itu terjadi akibat bulan berada segaris dengan matahari, sehingga cahaya matahari tertutupi oleh bulan.
Gerhana hari Jumat hari ini 15 Januari 2010 merupakan gerhana anular (gerhana matahari cincin). Gerhana matahari cincin terjadi saat Bulan berada jauh dari bumi sehingga piringannya terlihat kecil dan tidak dapat menutupi seluruh piringan matahari. Piringan matahari yang tertutup oleh piringan Bulan hanya bagian tengahnya saja, sehingga bagian pinggir matahari tidak tertutup. Oleh karena itu piringan matahari akan terlihat dari muka bumi seperti lingkaran cincin yang bercahaya.
Peristiwa gerhana memang saat ini mudah sekali diramalkan karena pengetahuan astronomi sudah sangat berkembang serta alat-alat pengukuran dan pengamatannyapun sudah semakin canggih.
Dianjurkan bagi kaum Muslimin melaksanakan Shalat sunat ketika terjadi gerhana.
TATACARA SHALAT GERHANA
OLEH : MUHAMMAD ALI ALHAMIDY
A. MACAM-MACAM GERHANA :
1. Gerhana matahari ( kusuf )
2. Gerhana bulan ( khusuf )
B. TATACARA SHALAT GERHANA
1. Sebelum shalat gerhana, diadakan penggilan dengan ucapan as shalatu jami’ah”. Tanpa adzan dan iqamat.
خـســفـت الـشــمـس عـلى عــهـد رسـول الله صـلى الله عـلـيــه و ســلـم فـبــعـث مـنــاديـا الـصــلاة جــامـعــة
Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. lalu beliau mengirim utusan ( yang berseru ) “ash shalatu jami’ah” ( mari shalat berjamaah ! ) ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
2. Shalat gerhana dilukakan sebanyak dua raka’at.
خـسـفـت الـشـمـس عـلـى عـهـد رسـول الله صـلـى الله عـلـيـه و سـلـم فـبعـث مـنـاديـا الـصـلاة جـامـعـة فـقــام فـصـلـى اربـع ركـعـات فـى ركـعـتــيـن و اربـع سـجــدات
Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. lalu beliau mengirim utusan ( yang berseru ) “ash shalatu jami’ah” ( mari shalat berjama’ah ). Lantas beliau berdiri, lalu beliau shalat dengan empat kali ruku’ dalam dua raka’at dengan empat kali sujud ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
3. Bacaan surah atau ayat dinyaringkan.
صـلـى صـلاة الـكـسـوف فـجـهـر فـيـهــا بـالـقـراءة
Nabi shalat gerhana, lalu beliau nyaringkan bacaan padanya ( H.R. Tirmidzi dan beliau mengesahkannya dari Aisyah r.a. )
4. Pada setiap raka’at shalat gerhana dilakukan :
a. Dua kali ruku’ dan dua kali sujud, atau
فـصـلـى اربـع ركـعـات فـى ركـعـتــيـن و اربـع سـجــدات
Lalu beliau saw. shalat empat kali ruku’ dalam dua raka’at dan empat kali sujud ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
b. Tiga kali ruku’ dan dua kali sujud, atau
فـصـلـى سـت ركـعـات بـاربـع سـجـدات
Lalu beliau saw. shalat enam kali ruku’ dengan empat kali sujud ( H.R. Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Jabir )
c. Empat kali ruku’ dan dua kali sujud, atau
صـلـى ثـمـانـى ركـعـات فـى اربـع ستجــدات
Beliau saw. shalat delapan kali ruku’ dengan empat kali sujud ( H.R. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Nasa-i dari Ibnu Abbas )
d. Lima kali ruku’ dan dua kali sujud
وركـع خـمـس ركـوعـات و سـجــدتـيـن
Dan beliau ruku lima kali dengan dua kali sujud ( H.R. Abu Daud dan Abdullah bin Ahmad dalam al Musnad dari Ubay bin Ka’ab r.a. )
Keterangan :
Yang sering diamalkan adalah tatacara ruku’ yang pertama ( a ), yaitu setiap raka’atnya ada dua kali ruku’ dan dua kali sujud. Atau dalam dua raka’at ada empat kali ruku’ dan empat kali sujud
5. Tatacara ruku’ shalat gerhana :
a. Dua ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku lagi ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri lagi ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud.
b. Tiga ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 3 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud
c. Empat ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 3 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 4 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud
d. Lima kali ruku’, yaitu : ( 1 ) ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 2 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 3 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzikir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 4 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri sambil membaca dzilir I’tidal lalu membaca surah atau ayat, ( 5 ) kemudian ruku’ ( membaca tasbih ruku’ ), kemudian berdiri ( membaca dzikir I’tidal ), kemudian sujud.
فـقــام فـكــبـر و صـف الـنـاس وراءه فـاقـتـرأ قـراءة طـويـلـة ثـم كـبـر فـركـع ركـوعـا طـويـلا هـو ادنـى مـن الـقـراءة الاولى ثـم رفـع رأسـه فـقـال سـمـع الله لـمـن حـمـده ربـنـا و لـك الـحــمـد ثـم قـام فـاقـتـرأ قـراءة طـويـلـة هي ادنـى مـن الـقـراءة الاولـى ثـم كـبـر فـركـع ركـوعـا طـويـلا هـو ادنـى مـن الـكـوع الاول ثـم قـال سـمع الله لـمن حـمـده ربـنـا و لـك الـحـمـد ثـم سـجــد
Maka beliau saw. berdiri lalu bertakbir dan orang-orang berbaris di belakangnya. Lalu beliau membaca surah yang panjang. Kemudian beliau ruku’ yang panjang yang lebih pendek daripada bacaan surah pertama ( sebelum ruku’ ). Kemudian beliau mengangkat kepalanya sambil membaca sami’allahu liman hamidah rabbana wa lakal hamdu, kemudian terus berdiri lalu membaca surah/ayat panjang yang lebih pendek daripada bacaan surah/ayat pertama ( sebelum ruku’ ). Kemudian bertakbir lalu ruku’ yang lebih pendek dari ruku’ pertama. Kemudian mengucap sami’allahu liman hamidah rabbana wa lakal hamdu. Kemudian beliau sujud …. ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
6. Panjang atau lamanya waktu dalam mengerjakan shalat gerhana :
a. Raka’at pertama lebih panjang daripada raka’at kedua.
b. Bacaan Al Fatihah dan surah di raka’at pertama diakukan seukuran bacaan surah Al Baqarah
c. Ruku’ dan sujud dilakukan relatif lama
d. Berdiri setelah ruku pertama lebih pendek daripada berdiri sebelum ruku’. Dan berdiri setelah ruku berikutnya lebih pendek daripada berdiri setelah ruku’ sebelumnya
خـسـفـت الـشـمـس عـلـى عـهـد رسـول الله صـلـى الله عـلـيــه و سـلـم فـقـام قـيـامـا طـويـلا نحـوا مـن سـورة الـبـقـرة ثـم ركـع ركـوعـا طـويـلا ثـم رفـع فـقـام قـيـامـا طـويـلا و هـو دون الـقـيـام الاول ثـم ركـع ركـوع الاول و هـو دون الـركـوع الاول ثـم سـجـد ثـم قـام قـيـامـا طـويـلا و هـو دون الـقـيـام الاول ثـم ركـع ركـوعـا طـويـلا و هـو دون الـركـوع الاول ثـم رفـع فـقـام قـيـامـا طـويـلا و هـو دون الـقـيـام الاول ثـم ركـع ركـوعـا طـويـلا و هـو دون الـركـوع الاول ثـم سـجـد ثـم انصـرف
Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. Lalu beliau berdiri ( shalat ) yang lama seukuran surah Al Baqarah. Kemudian beliau ruku’ yang lama. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berdiri yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama ( sebelum ruku’ ), kemudian beliau sujud. Kemudian beliau berdiri yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama ( raka’at pertama ). Kemudian beliau ruku’ yang lama, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama ( di raka’at pertama ). Kemudian beliau berdiri yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama. Kemudian beliau ruku’ yang lama, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama. Kemudian beliau sujud. Serta kemudian beliaupun salam ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abbas )
7. Setelah shalat diadakan khutbah
ثـم قـام فـخـطـب الـنـاس فـاثـنـى عـلـى الله بـمـا هـو اهــلـه
Kemudian beliau saw. berdiri, lalu berkhutbah kepada orang banyak sambil menyanjung kepada Allah sesuai dengan kelayakan yang Dia miliki ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah )
8. Amaliyah-amaliyah yang diperintahkan/dianjurkan ketika terjadi gerhana :
a. Segera melaksanakan shalat gerhana dengan berjama’ah
فـاذا رايأتــمـوهـمــا فـافــزعـوا الـى الـصــلاة
Bila kamu melihat terjadinya dua gerhana tersebut, maka bersegeralah menuju shalat ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah )
b. Banyak berdoa kepada Allah
فـاذا رايــتـمــوهـمــا فـادعـوا الله تـعــالـى و صــلـوا
Bila kamu meliahat kejadian dua gerhana tersebut maka segeralah berdoa kepada Allah dan shalatlah ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Mughirah r.a. )
c. Banyak berdzikir kepada Allah
فـاذا رايــتـم ذلـك فـاذكـروا الله
Bila kamu melihat yang demikian itu ( gerhana ), maka berdzikirlah kepada Allah ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas )
d. Banyak beristighfar kepada Allah
فـاذا رايــتـم شـيــئـا مـن ذلـك فـافــزعـوا الـى ذكـر الله و دعــائه و اســتـغـفــاره
Bila kamu melihat sesuatu dari yang demikian ( gerhana ), maka segeralah berdzikir kepada Allah, berdoa kepadaNya dan beristighfar ( minta ampun ) kepadaNya ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa r.a. )
e. Banyak bersedekah
f. Banyak bertakbir
فـادعـوا الله و كـبـروا و تـصـدقـوا و صـلـوا
Maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah dan shalatlah ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. )
g. Memerdekakan hamba sahaya ( budak )
لـقــد امـر رسـول الله صألـى الله عـلـيــه و سـلـم بـالعـتــاقـة فـى كـســوف الـشـمــس
Sesungguhnya Rasulullah saw. menyuruh memerdekakan hamba sahaya disaat gerhana matahari ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Asma’ binti Abu Bakar )
9. Tadabbur ( renungan ) tentang gerhana :
a. Gerhana matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang selalu terjadi di alam semesta ini
b. Terjadinya gerhana adalah karena kekuasaan Allah, bukan karena hidup atau matinya seseorang
c. Jangan mengaitkan gerhana dengan syirik, khurafat atau dongeng seperti menganggap terjadinya gerhana karena matahari atau bulan sedang ditelan oleh seekor naga atau binatang besar
ان الـشــمـس و الـقــمـر آيـتــان مـن آيــات الله لا يـنـكــسـفــان لـمــوت احــد و لا لـحــيـاتـه
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana tidak terjadi pada keduanya karena kematian atau hidupnya seseorang ( H.R. Bukhari dan Muslim dari Al Mughirah bin Syu’bah )
Sabtu, 09 Januari 2010
PENGAJIAN DI ISLAMIC CENTER 10-1-2010
InsyaAllah, Pengajian di Islamic Center Kaltim Ji Slamet Riyadi Samarinda, pada hari Ahad 25 bulan Muharram tahun 1431 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Januari 2010 Miladiyah mulai pukul 08.00 WITA, bertindak sebagai penceramah Bapak Prof. Dr. H.M. Din Syamsudin dari Jakarta.
Diharapkan kepada kaum Muslimin di Samarinda dan sekitarnya berkenan hadir pada acara tersebut, semoga bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT.
Diharapkan kepada kaum Muslimin di Samarinda dan sekitarnya berkenan hadir pada acara tersebut, semoga bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)